Minggu, 25 Oktober 2009

PARASIT MALARIA

PARASIT Plasmodium falciparum PENYEBAB KEMATIAN TERBESAR DI INDONESIA AKIBAT MALARIA

Sejarah
Penyakit malaria telah diketahui sejak zaman Yunani. Klinik penyakit malaria adalah khas, mudah dikenal karena demam yang naik turun, disertai menggigil, maka pada waktu itu telah dikenal febris tersiana dan febris kuartana. Di samping itu semua juga terdapat kelainan pada limpa, yaitu splenomegali : limpa membesar dan ,menjadi keras, sehingga zaman dahulu malaria sering disebut sebagai demam kura.
Meskipun penyakit ini telah dikenal sejak lama, namun penyebabnya masih belum diketahui. Dahulu penyakit ini diduga merupakan hukuman dari dewa-dewa karena waktu itu terjadi wabah disekitar Roma. Ternyata penyakit ini banyak terjadi di daerah rawa yang mengeluarkan bau busuk. Di sekitarnya, maka penyakitnya disebut “malaria” (mal area = udara busuk = bad air).
Baru pada abad ke 19, Laveran melihat bentuk pisang dalam darah seorang penderita malaria. Kemudian diketahui bahwa malaria ditularkan oleh nyamuk (Ross, 1987) yang banyak terdapat di rawa-rawa.

Hospes
Parasit pada malaria termasuk golongan Plasmodum. Pada manusia terdapat 4 jenis Plasmodium, yaitu Plasmodium vivax, Plasmodium ovale, Plasmodium falciparum, Plasmodium malariae.
Malaria merupakan penyakit infeksi dengan disertai demam berkala yang ditularkan oleh parasit Plasmodium dengan vector berupa nyamuk Anopheles. Berbeda dengan nyamuk biasa Culex, nyamuk Anopheles memiliki ciri tertentu yaitu menggigit biasa pada malam hari dan saat menggigit memiliki posisi yang khas, membentuk sudut 480.

Distribusi geografik
Malaria ditemukan pada 640 LU (Archangel di Rusia) sampai 320 LS (Cordoba di Argentina). Dari daerah rendah 400 m dibawah permukaan laut (Laut Mati) dan 2600 m di atas permukaan laut (Londiani di Kenya) atau 2800 m (Cochabamba di Bolivia). Antara batas-batas garis lintang dan garis bujur terdapat daerah yang bebas dari malaria.
Di Indonesia terutama di daerah Irian Jaya, Timur dan Flores malaria termasuk penyakit endemis penting yang pada tahun 2004 menimbulkan kasus kurang lebih 2000 kasus dengan 33 kematian pada daerah Jawa Barat, Kalimantan Selatan dan Aceh Barat.

Morfologi dan Daur hidup
Daur hidup dari keempat jenis Plasmodium pada umumnya sama, yaitu terdiri dari fase seksual eksogen (sporogoni) dalam badan nyamuk Anopheles dan fase aseksual (skizogoni) dalam badan hospes vertebrate.
Bila nyamuk Anopheles betina menggigit kulit dengan probosisnya, sporozoit yang terdapat pada kelenjar ludahnya akan keluar dan memasuki peredaran darah dan setelah ½ hingga 1 jam akan memasuki sel parenkim hati. Sebenarnya ada sebagian yang di fagositosis namun ada juga sebagian yang berkembang biak di sel hati tersebut. Fase ini disebut dengan skizogoni praeritrosit. Inti parasit membelah berulang-ulang disertai juga dengan pembelahan sitoplasmanya dan skizon jaringan (skizon hati) berbentuk lonjong maupun bulat dan di dalamnya terdapat banyak merozoit.
Pada akhir fase praeritrosit skizon pecah dan merozoit-merozoit akan keluar menuju peredaran darah. Sebagian besar menyerang eritrosit hati dan ada juga yang difagositosis. Pada P. ovale dan P. vivax sporozoit akan menjadi hipnozoit (dorman) setelah beberapa waktu dan akan memulai menjadi skizogoni ekso eritrosit (bentuk EE primer). Proses ini sebagai penyebab relaps jangka panjang.
Fase Aseksual dalam darah
Merozoit yang menyerang eritrosit akan melekat pada membrane eritrosit dan membentuk invaginasi sehingga eritrosit berubah bentuk menjadi trofozoit (bentuk EE sekunder). Setelah mengalami fase pertumbuhan, parasit akan berkembang melalui proses aseksual yang disebut skizogoni ke eritrosit lainnya. Begitu seterusnya.
Fase Seksual dalam darah
Setelah 3-15 hari merozoit dibentuk, sebagian merozoit akan menjadi seksual. Proses ini disebut gametositogenesis (gametogoni). Gametosit ini tidak akan berkembang lagi, kecuali jika dihisap oleh nyamuk Anopheles betina tersebut, namun jika tidak, maka gametosit akan mati dengan sendirinya. Di dalam lambung nyamuk terjadi penggabungan antara gametosit jantan dan betina yang akan membentuk zygote, yang kemudian mempenetrasi dinding lambung dan berkembang menjadi ookista. Dalam waktu 3 minggu terbentuklah sporozoit kecil yang akan masuk ke dalam kelenjar ludah nyamuk.

Infeksi
Waktu yang dibutuhkan oleh nyamuk dimulai dari saat mengandung gametosit hingga terfapat sporozoa dalam kelenjar air liurnya disebut masa tunas ekstrinsik. Sporozoit merupakan bentuk infektifnya. Waktu antara sporozoit masuk ke badan hospes sampai timbul gejala demam disebut masa tunas intrinsik. Sedangkan waktu antara nyamuk menghisap gametosit hingga sporozoit berada di kelenjar ludah disebut masa tunas ekstrinsik.

Gejala Klinis
• Demam
• Splenomegali
• Anemia


Plasmodium falciparum

Nama penyakit
P. falciparum menyebabkan penyakit malaria falciparum.

Distribusi geografik
Parasit ini ditemukan paling banyak di daerah tropic. Di Indonesia parasit semacam ini banyak terdapat di daerah kepulauan, seperti Irian Jaya, Flores dan daerah Timor lainnya.

Morfologi dan Daur Hidup
Parasit ini merupakan parasit yang sangat berbahaya karena dapat menimbulkan penyakit yang berat bahkan kematian. Perkembangan aseksual di hati hanya menyangkut fase praeritrosit, lain halnya pada P. ovale dan P. vivax yang juga mengalami fase eksoeritrosit. Sehingga pada P. falciparum tidak mengenal relaps jangka panjang.
Pada malaria falsiparum, eritrosit yang diinfeksi tidak membesar selama stadium perkembangan parasit Eritrosit yang mengandung trofozit tua dan skizon mempunyai titik-titik kasar yang tampak jelas tersebar pada 2/3 bagian eritrosit.

Patologi dan Gejala Klinis
Masa tunas intrinsik malaria falciparum berkisar antara 9-14 hari. Timbul penyakit di mulai dari sakit kepala, punggung dan ekstremitas, serta perasaan dingin, mual, muntah dan diare ringan, namun demam yang dirasakan tidak begitu terasa, penderita terlihat tidak sakit. Diagnosis tergantung pada anamnesis penderita sebelumnya pernah pergi ke daerah endemi malaria.
Pada stadium selanjutnya penderita mengalami mental confussion, sakit kepala dan punggung yang terus menerus, demam tidak teratur, keringat keluar banyak, denyut nadi cepat, mual, muntah dan diare terasa lebih berat dari sebelumnya, limpa membesar, hati membesar dan Nampak sedikit ikterus. Pada urin ditemukan albumin dan torak hialin atau torak granular, juga sedikit mengalami anemia ringan dan leukopenia. Jika pada stadium awal telah diketahui maka infeksi dapat segera di tindak lanjuti, hingga dapat diobati dengan baik.
Malaria falciparum berat adalah penyakit malaria dengan P. falciparum stadium aseksual di temukan dalam darahnya, disertai salah satu bentuk gejala klinis tersebut di bawah ini (WHO, 1990) dengan menyingkirkan penyebab lain (infeksi bakteri atau virus) :
• Malaria otak dengan koma
• Anemia normositik berat
• Gagal ginjal
• Edema paru
• Hipoglikemia
• Syok
• Perdarahan spontan/DIC (Disseminated intravascular coagulation)
• Kejang umum yang v=berulang
• Asidosis
• Malaria hemoglobinuria

Walaupun penyakit malaria ini telah diketahui patofisiologinya, namun tingkat mortalitasnya masih sangat cukup tinggi yaitu sebesar 20% - 50%. Beberapa kelompok yang memilikiresiko yang cukuip tinggi yaitu diantaranya :
Di daerah hiper/holoendemik
o Anak kecil berumur >6 bulan (angka kematian tertinggi diantara kelompok 1-3 tahun)
o Wanita hamil
Di daerah hipo/mesoendemik : anak-anak dan orang dewasa.
Lain-lain :
o Pendatang (antara lain transmigran)
o Pelancong (travellers)